Sunday, August 8, 2010

doa ketika angin kencang

Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Aisyah[radiyallahu 'anha], ia mengatakan,


كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم إِذَا عَصَفَتِ الرِّيْحُ، قَالَ: اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا
وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ.

"Jika angin bertiup kencang, maka Nabi[Shallallahu 'alaihi wasallam] berucap, 'Ya Allah, aku memohon kepadaMu kebaikannya, kebaikan yang ada di dalamnya dan kebaikan apa yang Engkau kirimkan dengannya. Aku berlindung kepadaMu dari keburukannya, keburukan yang ada di dalamnya dan keburukan apa yang Engkau kirimkan dengannya'."

"Jika angin bertiup kencang, Rasulullah[Shallallahu 'alaihi wasallam] berucap, 'Ya Allah, semoga membawa air, dan bukan membawa kegersangan'."

Aku katakan, (لَقْحًا), yakni membawa air seperti unta yang membawa air. Sementara (العَقِيْمُ) ialah yang tidak ada airnya, seperti hewan mandul yang tidak bisa beranak.

Kami meriwayatkan di dalamnya dari Anas bin Malik dan Jabir bin Ab-dullah[radiyallahu 'anhuma], dari Rasulullah[Shallallahu 'alaihi wasallam], beliau bersabda,


إِذَا وَقَعَتْ كَبِيْرَةٌ، أَوْ هَاجَتْ رِيْحٌ عَظِيْمَةٌ، فَعَلَيْكُمْ بِالتَّكْبِيْرِ، فَإِنَّهُ يَجْلُو الْعَجَاجَ اْلأَسْوَدَ.

"Jika terjadi peristiwa besar atau angin kencang bertiup, maka bertakbirlah; karena sesung-guhnya ia akan menghilangkan petaka yang mencekam."

Imam asy-Syafi'i[rahimahullah]meriwayatkan dalam kitabnya, al-Umm, dengan sanad-nya dari Ibnu Abbas[radiyallahu 'anhu], ia mengatakan,

مَا هَبَّتِ الرِّيْحُ، إِلاَّ جَثَا النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَقَالَ: اَللّهُمَّ اجْعَلْهَا رَحْمَةً وَلاَ
تَجْعَلْهَا عَذَابًا. اَللّهُمَّ اجْعَلْهَا رِيَاحًا وَلاَ تَجْعَلْهَا رِيْحًا.

"Tidaklah angin bertiup kencang melainkan Nabi[Shallallahu 'alaihi wasallam] berlutut seraya mengucapkan, 'Ya Allah, jadikanlah ia sebagai rahmat dan jangan jadikan sebagai petaka. Ya Allah, jadikanlah ia sebagai angin (yang membawa manfaat) dan jangan jadikan sebagai angin (yang membawa bencana)'." Ibnu Abbas berkata, "Dalam kitab Allah[Subhanahu waTa`ala],

فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا

"Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka."
(Fushshilat: 16),


إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرِّيحَ الْعَقِيمَ

"Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan." (Adz-Dzariyat: 41),

وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ

"Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)."
(Al-Hijr: 22)

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَن يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira." (Ar-Rum: 46).

Asy-Syafi'i [rahimahullah] menyebutkan sebuah hadits munqathi' dari seseorang,

أَنَّهُ شَكَا إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم الْفَقْرَ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم : لَعَلَّكَ
تَسُبُّ الرِّيْحَ.

"Bahwa ia mengadu kefakiran kepada Nabi[Shallallahu 'alaihi wasallam], maka Rasulullah[Shallallahu 'alaihi wasallam] mengatakan kepadanya, 'Mungkin engkau mencaci maki angin'."

Asy-Syafi'i[rahimahullah]berkata, "Tidak sepatutnya seseorang mencaci maki angin; karena ia ciptaan Allah lagi patuh kepadaNya, dan salah satu tentaraNya yang Dia jadikan seba-gai rahmat dan petaka, jika Dia menghendaki."

BAB DOA KETIKA BINTANG JATUH

Kami meriwayatkan dalam kitab Ibn as-Sunni dari Ibnu Mas'ud[radiyallahu 'anhu], ia mengatakan,

أُمِرْنَا أَنْ لاَ نُتْبِعَ أَبْصَارَنَا الْكَوْكَبَ إِذَا انْقَضَّ، وَأَنْ نَقُوْلَ عِنْدَ ذلِكَ: مَا شَاءَ اللهُ، لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.


"Kami diperintahkan agar tidak memperhatikan bintang ketika jatuh, dan agar kita mengata-kan pada saat itu, 'Atas kehendak Allah, tiada kekuatan melainkan dengan seizin Allah'."

BAB TIDAK MENUNJUK DAN MEMPERHATIKAN BINTANG DAN KILAT

Mengenai hal ini terdapat hadits yang disinggung dalam bab sebelumnya.

Asy-Syafi'i[rahimahullah]meriwayatkan dalam al-Umm dengan sanadnya dari orang yang tak tertuduh (kedustaannya), dari Urwah bin az-Zubair[radiyallahu 'anhu], ia mengatakan, "Jika salah seorang dari kalian melihat kilat atau bintang jatuh, maka janganlah menun-juk kepadanya, dan hendaklah ia menyifatinya saja."
Asy-Syafi'i mengatakan, "Bangsa Arab masih tidak menyukainya (sampai saat ini)."

BAB DOA KETIKA MENDENGAR GUNTUR

Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dengan sanad dhaif dari Ibnu Umar[radiyallahu 'anhu],

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم كَانَ إِذَا سَمِعَ صَوْتَ الرَّعْدِ وَالصَّوَاعِقِ قَالَ: اللّهُمَّ لاَ تَقْتُلْنَا
بِغَضَبِكَ، وَلاَ تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذلِكَ.

"Bahwa Rasulullah[Shallallahu 'alaihi wasallam] jika mendengar suara guruh dan petir, maka beliau berucap, 'Ya Allah, janganlah Engkau membunuh kami dengan murkaMu, dan jangan binasakan kami dengan azabMu, serta selamatkanlah kami sebelum itu'."

Kami meriwayatkan dengan sanad shahih dalam al-Muwaththa' dari Abdullah bin az-Zubair[radiyallahu 'anhu] bahwa jika mendengar petir, ia meninggalkan bicara dan berucap,

سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ

"Mahasuci Allah yang mana petir bertasbih dengan memujiNya, juga malaikat karena takut kepadaNya."

Imam asy-Syafi'i[rahimahullah]meriwayatkan dalam al-Umm dengan sanadnya yang shahih dari Thawus, tabi'in mulia, bahwa ia mengucapkan ketika mendengar petir,

سُبْحَانَ مَنْ سَبَّحْتَ لَهُ

"Mahasuci Allah yang kepadaNya engkau bertasbih."

Asy-Syafi'i mengatakan, "Sepertinya ia mengisyaratkan Firman Allah[Subhanahu waTa`ala],

وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ

'Dan petir bertasbih dengan memujiNya'." (Ar-Ra'd: 13)

Mereka menyebutkan dari Ibnu Abbas[radiyallahu 'anhu], ia mengatakan,"Kami pernah bersama Umar[radiyallahu 'anhu] dalam suatu perjalanan, lalu kami mendapati petir, kilat dan hujan, maka Ka'ab berkata, 'Barangsiapa mengucapkan, ketika mendengar petir, "Mahasuci Allah yang mana petir bertasbih dengan memuji kepadaNya, juga malaikat karena takut kepadaNya,” sebanyak tiga kali, maka ia diselamatkan dari petir tersebut.' Maka kami membacanya, dan kami pun diselamatkan darinya. "

BAB DOA KETIKA TURUN HUJAN

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dari Aisyah[radiyallahu 'anha],

أّنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ، قَالَ: اَللّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا.

"Bahwa Rasulullah[Shallallahu 'alaihi wasallam] jika melihat hujan, maka beliau berucap, 'Ya Allah, jadikanlah ia hujan yang bermanfaat'."

Kami meriwayatkan dalam Sunan Ibnu Majah, bahwa beliau mengucap-kan,

اَللّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا، مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا.

"Ya Allah, jadikanlah ia hujan yang bermanfaat," sebanyak dua atau tiga kali.

Asy-Syafi'i[rahimahullah]meriwayatkan dalam al-Umm dengan sanadnya sebuah hadits mursal dari Nabi[Shallallahu 'alaihi wasallam], beliau bersabda,

اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ اِلْتِقَاءِ الْجُيُوْشِ، وَإِقَامَةِ الصَّلاَةِ، وَنُزُوْلِ الْغَيْثِ.

"Carilah terkabulnya doa pada saat bertemunya dua pasukan, saat shalat didirikan, dan saat turun hujan."

Asy-Syafi'i berkata, "Aku telah mendapati banyak orang yang mencari terkabulnya doa pada saat turun hujan dan pada saat shalat didirikan."

BAB DOA SETELAH TURUN HUJAN

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Zaid bin Khalid al-Juhani[radiyallahu 'anhu], ia mengatakan,


صَلَّى بِنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم صَلاَةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَّةِ فِي إِثْرِ سَمَاءٍ كَانَتْ مِنَ اللَّيْلِ،
فَلَمَّا انْصَرَفَ، أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ، فَقَالَ: هَلْ تَدْرُوْنَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوْا: اَللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ:
أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِيْ مُؤْمِنٌ بِيْ وَكَافِرٌ. فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذلِكَ مُؤْمِنٌ بِيْ
وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذلِكَ كَافِرٌ بِيْ مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ.

"Rasulullah[Shallallahu 'alaihi wasallam] mengimami kami shalat Shubuh di Hudaibiyah setelah turun hujan pada malam harinya. Ketika selesai, beliau menghadap kepada jamaah seraya mengatakan, 'Tahukah kalian apa yang difirmankan oleh Rabb kalian?' Mereka menjawab, 'Allah dan RasulNya yang lebih tahu.' Beliau mengatakan, 'Dia berfirman,'Di antara para hambaKu ada yang datang di waktu pagi dalam keadaan beriman kepadaKu dan ada pula yang kafir kepadaKu. Adapun orang yang mengatakan, 'Kami diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah,' maka itulah orang yang beriman kepadaKu dan ingkar kepada bintang. Sedangkan orang yang mengucapkan, 'Kami diberi hujan karena bintang ini dan itu,' maka itu orang yang ingkar kepadaku dan beriman kepada bintang'."

Aku katakan, Hudaibiyah sudah dikenal, yaitu nama sebuah sumur yang dekat dengan Makkah yang ditempuh dengan perjalanan kaki selama kurang dari sehari. Kata Hudaibiyah boleh dengan mentakhfifkan ya' yang kedua dan boleh mentasydidnya (Hudai-biyah dan Hudaibiyyah). Takhfif (Hudaibiyah) inilah yang shahih lagi dipilih, dan inilah pendapat asy-Syafi'i dan ahli bahasa. Sementara yang mentasydidkannya ialah pendapat Ibnu Wahb dan mayoritas ahli hadits. Kata سَمَاء (langit) di sini maksudnya adalah hujan. Itsr, dengan hamzah dikasrahkan dan tsa' disukunkan, dan ada juga yang berpendapat dengan memfathahkan keduanya, jadi ada dua logat (bahasa) dalam kata ini.

Menurut para ulama, jika seorang muslim mengatakan, "Kami diberi hujan karena bintang demikian," dengan bermaksud bahwa bintanglah yang menciptakan, yang mela-kukan dan yang mengadakan, maka ia menjadi kafir dan murtad tanpa diragukan lagi. Jika ia mengatakannya dengan bermaksud bahwa bintang tersebut adalah tanda turunnya hujan, lalu turun hujan ketika ada tanda ini, sementara turunnya hujan tersebut karena perbuatan dan ciptaan Allah, maka ia tidak kafir. Namun, mereka berbeda pendapat ten-tang kemakruhannya, dan pendapat yang terpilih bahwa ini makruh; karena termasuk kata-kata kaum kafir. Inilah zhahir hadits yang disebutkan kemakruhannya oleh asy-Syafi'i dalam al-Umm dan selainnya. Wallahu a'lam.

Dan dianjurkan untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat ini, yakni turunnya hujan.

BAB DOA KETIKA HUJAN TURUN SANGAT LEBAT (DAN TERUS MENERUS) DAN DIKHAWATIRKAN ADANYA BAHAYA KARENANYA

Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Anas[radiyallahu 'anhu], ia mengatakan,

دَخَلَ رَجُلٌ الْمَسْجِدَ يَوْمَ جُمُعَةٍ، وَرَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم قَائِمٌ يَخْطُبُ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ
اللهِ، هَلَكَتِ اْلأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتِ السُّبُلُ، فَادْعُ اللهَ يُغِيْثُنَا. فَرَفَعَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَدَيْهِ، ثُمَّ
قَالَ: اللّهُمَّ أَغِثْنَا، اللّهُمَّ أَغِثْنَا، اللّهُمَّ أَغِثْنَا. قَالَ أَنَسٌ: (وَلاَ) وَاللهِ، مَا نَرَى فِي السَّمَاءِ مِنْ سَحَابٍ
وَلاَ قَزَعَةٍ، وَمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ سَلْعٍ (يَعْنِي: الْجَبَلَ الْمَعْرُوْفَ بِقُرْبِ الْمَدِيْنَةِ) مِنْ بَيْتٍ وَلاَ دَارٍ، فَطَلَعَتْ مِنْ
وَرَائِهِ سَحَابَةٌ مِثْلُ التُّرْسِ، فَلَمَّا تَوَسَّطَتِ السَّمَاءَ انْتَشَرَتْ، ثُمَّ أَمْطَرَتْ، فَلاَ وَاللهِ، مَا رَأَيْنَا الشَّمْسَ
سَبْتًا. ثُمَّ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ ذلِكَ الْبَابِ فِي الْجُمُعَةِ الْمُقْبِلَةِ، وَرَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم
قَائِمٌ يَخْطُبُ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، هَلَكَتِ اْلأَمْوَالُ، وَانْقَطَعَتِ السُّبُلُ، فَادْعُ اللهَ يُمْسِكْهَا عَنَّا.
فَرَفَعَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَدَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: اللّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا. اللّهُمَّ عَلَى اْلآكَامِ
وَالظِّرَابِ وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ. فَانْقَلَعَتْ وَخَرَجْنَا نَمْشِيْ فِي الشَّمْسِ.

"Seseorang masuk masjid pada hari Jum'at, pada saat Rasulullah[Shallallahu 'alaihi wasallam] sedang berdiri menyam-paikan khutbah, seraya mengatakan, 'Wahai Rasulullah, semua harta binasa dan jalan-jalan ter-putus, maka berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan kepada kami.' Rasulullah[Shallallahu 'alaihi wasallam] pun mengangkat kedua tangannya, kemudian mengucapkan, 'Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami!' Anas berkata, "Demi Allah, sebelumnya kami tidak melihat ada awan di langit, sementara antara kami dengan Sal' (bukit terkenal yang berada di dekat Madinah) tidak ada rumah atau pemukiman. Lalu muncullah dari balik bukit itu awan seperti perisai. Ketika berada di tengah-tengah langit, ia menyebar kemudian turun hujan. Demi Allah, kami tidak melihat matahari selama seminggu. Kemudian orang tersebut masuk dari pintu yang sama pada hari Jum'at berikutnya, pada saat Rasulullah[Shallallahu 'alaihi wasallam] sedang berkhutbah, seraya mengatakan, 'Wahai Rasulullah, semua harta hancur dan jalan-jalan terputus, maka berdoalah kepada Allah agar menahannya dari kami.' Rasulullah [Shallallahu 'alaihi wasallam]pun mengangkat kedua tanganNya, kemudian mengucapkan, 'Ya Allah, pindahkanlah ke sekitar kami dan jangan di atas kami. Ya Allah, pindahkanlah ke bukit, perut lembah dan tempat tumbuh-nya tumbuh-tumbuhan.' Hujan pun berhenti dan kami keluar berjalan di bawah sinar matahari."

Ini adalah hadits yang redaksinya terdapat pada keduanya. Hanya saja, dalam riwa-yat al-Bukhari menggunakan lafazh: اللّهُمَّ اسْقِنَا, sebagai ganti lafazh: أَغِثْنَا. Betapa banyak faidahnya. Wabillahit taufiq.

No comments:

Post a Comment